Raden Haji Oemar Said Cokroaminoto atau sering dikenal dengan HOS adalah seorang guru besar rakyat Indonesia. Ia lahir di Ponogoro tahun 1883 dan diangkat menjadi pahlawan nasional Surat Keputusan Presiden RI No. 5909 November 1961.
Cokroaminoto mulai terjun ke dunia politik pada tahun 1912 setelah berkenalan dengan H. Sumanhudi, pendiri Sarekat Dagang Islam (SDI) atas usulannya SDI diubah menjadi Sarekat Islam (SI).
Hal itu dilakukan untuk memajukan perdagangan, menolong anggotanya yang mengalami kesulitan memajukan kepentingan rohani dan jasmani bumi putera dan mengembangkan kehidupan agama islam.
Dalam jajaran pengurus H. Samanhudi menjabat ketua sedangkan Cokroaminoto menjabat komisaris Jawa Timur. Pada 1915, Cokroaminoto menjadi ketua SI sedangkan H. Samanhudi menjadi ketua kehormatan.
Selain sibuk memimpin SI untuk menentang penjajahan, HOS juga aktif menulis di berbagai majalah dan surat kabar. Tulisan-tulisannya sangat tajam mengecam pemerintah Kolonial Belanda.
Melalui SI dirinya membela kepentingan rakyat. Hal itu kemudian membuat ia bersentuhan dengan kegiatan politik, meskipun SI bukan partai politik.
Melalui SI HOS mendorong agar dibentuk Dewan Perwakilan Rakyat, sampai akhirnya pemerintah Kolonial Belanda membentuk Volksraad (Dewan Rakyat) pada Mei 1918. Atas putusan Kongres SI pada tahun 1917 HOS dan Abdul Muis diutus menjadi wakil SI dalam keanggotaan Volksraad.
Didalam Volksraad HOS banyak melontarkan pendapat yang membela rakyat dan mengecam pemerintah Kolonial Belanda. Pemerintah Belanda pernah menjuluki HOS sebagai Van Java atau Raja Jawa tanpa mahkota sebagai tanda besarnya pengaruh HOS bagi Indonesia saat itu.
Dalam perjalanannya SI yang sedang berkembang pesat mengalami perpecahan dari dalam, beberapa orang yang terlibat komunis dikeluarkan dari SI dan kemudian mereka mendirikan Partai Komunis Hindia Belanda (cikal bakal PKI).
Mulai tahun 1923, SI berganti nama menjadi Partai Sarekat Islam agar persatuan partai lebih terjaga, dan pada 1929 berganti lagi menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII) hal itu dilakukan untuk menunjukkan kenasionalisannya.
Pemerintah Belanda selalu mencari jalan untuk menekan PSII, hingga pada tahun 1933 dikeluarkan peraturan larangan bagi pegawai negeri untuk menjadi anggota PSII.
Para pemimpin ditangkap dan diasingkan ke Digul. Sedangkan HOS dan Abdul Muis sudah terlebih dulu dilarang keluar Pulau Jawa, dengan kejadian itu ia tetap tegar dan tetap bekerja keras.
Meskipun kejadian tersebut sangat menyita tenaga dan pikirannya. Kongres PSII ke-20 di Bajarmasin pada tahun 1934 adalah kongres terakhir yang dipimpin oleh HOS sebelum akhirnya sakit-sakitan dan meninggal dunia.
Discussion about this post