Lhokseumawe, BisaApa.id | Himpunan Mahasiswa Sastra disingkat HIMASA Universitas Malikussaleh (Unimal) meminta kepada Pemerintah agar memaksimalkan terlibatan perempuan dalam pembangungan Desa.
Hal tersebut seiring dengan memperingati hari perempuan pedesaan yang diperingati oleh aktivis dan pemerhati keadilan terhadap perempuan di seluruh dunia yang jatuh setiap 15 Oktober.
“Perempuan merupakan investasi, aset dan potensi bangsa yang dapat memberikan kontribusi yang sangat besar bagi kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai dengan kemampuan dan keahliannya,” kata ketua HIMASA, Azizah di Lhokseumawe pada Jum’at (15/10).
Baca Juga: Mahasiswa Tolak Pemilihan Duta Wisata Aceh Singkil. Ini Sebabnya
Menurutnya, dalam rangka pembangunan dan pemberdayaan perempuan sangat erat dengan upaya peningkatan kualitas generasi penerus bangsa, karena perempuan adalah pendidik utama bagi anak-anak bangsa dalam sebuah keluarga.
“Saat ini, problem yang dihadapi perempuan belum terpecahkan tingginya jumlah buta huruf pada kelompok perempuan. Akibatnya, angkatan kerja perempuan lebih sulit mendapatkan pekerjaan dibandingkan dengan laki-laki,” terang Azizah.
Selain itu, sambung Azizah, Kondisi kesehatan perempuan di Desa lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki, kemiskinan dan rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan bisa jadi merupakan sebab dari buruknya kesehatan perempuan.
Baca Juga: Mahasiswa Sebut Pemkot Lhokseumawe ‘Keliru’ dalam Penerapan PPKM Level 4
“Ada sejumlah hambatan yang dihadapi perempuan pedesaan seperti tradisi, sikap, dan prasangka yang menolak partisipasi perempuan dalam kegiatan ekonomi, sosial dan politik hambatan-hambatan legal,” jelasnya.
Kemudian, Keterbatasan akses terhadap pendidikan formal, yang berdampak pada tingginya jumlah buta huruf pada perempuan. Beban kesehatan pada saat kehamilan, kekurangan makanan dan gizi.
Perlu diketahui, jumlah penduduk perempuan di indonesia berada di angka 118.010.413 jiwa (49,70%) Ini artinya bukan jumlah yang sedikit maka perlu perhatian khusus dari pemerintah terhadap akses keadilan dan kemakmuran perempuan.
“Maka, kami mengharapkan kepada seluruh masyarakat, perempuan yang di kota dan desa, budayawan perempuan, cendekiawan perempuan, Ustadzah, Santriwati dan Mahasiswa dan semua golongan untuk bersama sama membangun poros perjuangan,” tandasnya.
“Ketika perempuan sudah bersuara untuk keadilan maka Negara harus segera menyelesaikan persoalan,” pungkasnya.
Discussion about this post