Lhokseumawe, BisaApa.id | Merespon naiknya harga minyak kian meresahkan masyarakat kecil di tengah pandemi covid-19, pemerintah diminta untuk subsidi 50 persen harga minyak goreng.
Hal itu diugkapkan Munzir Abe kepada BisaApa.id pada Jumat 12 November 2021, naiknya harga sawit disebabkan oleh mahalnya harga beli tandan buah segar (TBS) kelapa sawit dalam satu bulan terakhir ini.
“Memang di satu sisi naik nya harga beli tandan buah segar turut membuat petani sawit bergembira karena sudah lama harga sawit kita anjlok. Namun disisi lain juga membuat rakyat kecil seperti UMKM makanan dan ibu rumah tangga menjerit dikarnakan kenaikan harga hampir 100 %,” ujar Munzir.
Baca Juga: Harga Minyak Goreng Semakin ‘Melayang’ di Lhokseumawe, Konsumen Beralih Kemasan
Sebutnya, kondisi seperti ini tidak boleh dibiarkan terlalu lama oleh pemerintah, sejauh ini pemerintah terkesan lepas tangan. Maka dari itu perlu adanya terobosan dari pemerintah agenda pemulihan ekonomi yang melindungi rakyat kecil.
Di tengah situasi rakyat kecil yang tidak menentu karena dihantam oleh Covid, ditambah kenaikan bahan pokok yang menjadi kebutuhan dasar bagi UMKM dan rumah tangga.
Dalam hal ini dirinya mendorong pemerintah untuk mensubsidi harga minyak goreng sebesar 50 % supaya rakyat kecil tidak merasa terbebani dengan naik nya harga tersebut.
Munzir menambahkan, walaupun harga TBS naik alasan pemerintah untuk menaikkan harga minyak goreng di nilai tidak relevan karena hanya sekitar kurang 20 % masyarakat indonesia yang memiliki pohon sawit walaupun satu batang saja.
Baca Juga: Tolak Kenaikan Pajak Sembako, Jubir PRIMA: Jangan Bebankan Rakyat Kecil
Lebih lanjut Munzir menambahkan Kiranya ada pertimbangan ulang dari pemangku kepentingan dan pembuat kebijakan untuk mengkaji ulang dan membuat regulasi yang melindungi hajat hidup orang banyak, bukan hanya kepentingan korporasi dan oligarki saja.
“Kenaikan harga akan berdampak langsung kepada konsumen pengguna minyak goreng baik konsumen rumah tangga maupun industri, dampak dari kenaikan harga minyak goreng ini dirasakan oleh 260 juta lebih warga Republik Indonesia terutama UMKM dan ibu rumah tangga,” tutupnya.
Discussion about this post